Negosiasi Ulang ke 4.000 Dolar, Berujung Jeruji Besi Bagi Ke Empat Warga Sumatera Utara

StrightTimes – Impian meraih penghasilan besar dalam waktu singkat justru membawa empat pria asal Sumatera Utara dari enam pelaku ke balik jeruji besi. Ke empatnya dan dua Warga Thailand kini harus mempertanggungjawabkan perannya dalam upaya penyelundupan 2 ton sabu-sabu yang berhasil digagalkan oleh tim gabungan BNN RI, Bea Cukai, TNI AL, dan Polri di perairan Karimun Anak, Kepulauan Riau, Kamis (22/05).
Kisah ke empat warga Sumatera Utara ini didapati strighttimes usai konferensi pers bersama tim gabungan di dermaga Pangkalan Sarana Operasi BC di Tanjung Uncang, Batam (26/05/2025).
Dari Kisah bermula di Belawan Kota Medan, ajakan mengangkut minyak dan emas ke kapal besar di tengah laut. Tawaran upah yang dilontarkan sebesar 2.000 dolar, jumlah yang menggiurkan bagi ke empat pelaku langsung diterima.
Kesepakatan pun disetujui, namun setibanya di kapal tujuan, mereka baru menyadari bahwa muatan yang dibawa dengan kapal kecil tersebut bukanlah minyak dan emas, melainkan kardus-kardus misterius.
Merasa dibohongi, keempatnya kembali melakukan negosiasi ulang pembayaran. Dengan Imbalan dilipatgandakan menjadi 4.000 dolar AS. Demi uang, keempatnya memilih untuk tetap melanjutkan tugas tanpa bertanya lebih jauh.
Kepala Kantor Bea Cukai Batam, Zaky Firmansyah, menjelaskan bahwa Penindakan dilakukan berdasarkan laporan intelijen yang didapatkan oleh Tim gabungan berupa Informasi penyelundupan sabu yang akan melintas di wilayah perairan Indonesia
Naas, perjalanan mereka justru berakhir di tangan aparat. Dalam operasi intelijen gabungan tersebut, Kepala BNN RI, Komjen Pol. Dr. Marthinus Hukom, S.IK., M.Si., dalam konferensi pers di Dermaga Bea Cukai Tanjung Uncang, menyesalkan betapa mudahnya warga tergiur uang puluhan juta tanpa menyadari risiko hukum dan bahaya narkotika.
Kasus ini menjadi bukti bahwa sindikat narkotika internasional terus mengeksploitasi celah ekonomi masyarakat bawah sebagai jalur distribusi narkoba. Kini, mimpi 4.000 dolar itu harus dibayar mahal dengan kebebasan yang direnggut dan masa depan yang suram di balik jeruji besi.