Laksamana Pertama TNI Iwan Setiawan, SH, Pembina INTI Kepri: “Saat Mereka Kehilangan Kaki, Jangan Biarkan Mereka Kehilangan Harapan dan Masa Depan”

StrightTimes – Di Gedung Serbaguna Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Midiyato, Tanjungpinang, lima warga dari berbagai kabupaten dan kota di Provinsi Kepulauan Riau datang dengan kaki yang tak lagi utuh. Namun mereka pulang dengan langkah baru penuh harapan, senyuman yang tulus, dan mata yang tak henti mengucapkan rasa syukur.
Di balik seremoni yang tampak sederhana itu, tersembunyi kisah besar tentang semangat yang tidak menyerah. Tentang manusia-manusia yang memutuskan untuk bangkit, meski kehilangan sebagian tubuh dan rasa percaya diri. Tentang mereka yang memilih berdiri, meski dunia sempat membuat mereka terjatuh.
Ini bukan sekadar seremoni pemasangan kaki palsu. Ini adalah upaya mengembalikan martabat, menyulam kembali harga diri yang pernah hancur, dan menyalakan kembali nyala harapan di tengah keterbatasan. Melalui program INTI Kepri Peduli Tahap 2, Disabilitas Mandiri, Perhimpunan Indonesia Tionghoa (INTI) Provinsi Kepri membuktikan bahwa nilai-nilai kemanusiaan bukan sekadar wacana tapi tindakan nyata.
Sabtu, 5 Juli 2025, lima penyintas dari berbagai penjuru Kepri menerima bukan hanya alat bantu jalan. Mereka menerima kesempatan kedua untuk melangkah, secara fisik maupun batin. Di titik inilah, INTI Kepri menjadi jembatan. Bukan jembatan belas kasihan, melainkan jembatan menuju pemulihan harga diri dan kehidupan yang bermartabat.
“Kalau saya kehilangan handphone saja bisa stres berhari-hari. Bayangkan mereka kehilangan kaki, kehilangan cara berjalan, kehilangan kepercayaan diri untuk berdiri di tengah masyarakat. Tapi hari ini, mereka berdiri lagi,” kata Laksamana Pertama TNI Iwan Setiawan, SH, Pembina INTI Kepri saat memberikan kata sambutan.
Kehilangan kaki bukan hanya kehilangan bagian tubuh, katanya namun juga bisa berarti kehilangan masa depan. Bagaimana mungkin seseorang melamar pekerjaan jika untuk berjalan saja sulit? Bagaimana mungkin menghadiri acara keluarga, mengantar anak ke sekolah, atau sekadar berbelanja, jika setiap langkah adalah rasa sakit dan malu?.

Namun hari ini, INTI Kepri hadir bukan sebagai penyelamat, tapi sebagai penguat. “Kami tidak hanya memberikan kaki palsu,” tegas Laksamana Pertama TNI Iwan Setiawan. “Kami membantu mereka membunuh rasa putus asa. Kami ingin mereka kembali berani bermimpi.”
Bagi Laksamana Pertama TNI Iwan Setiawan, SH,, kaki palsu itu hanyalah alat. Yang lebih penting adalah nilai di baliknya. Ini tentang menyentuh sisi paling rapuh dari kemanusiaan. Terlalu banyak penyandang disabilitas hidup dalam diam, tertutup dari dunia karena merasa tidak lagi layak. Maka, ketika INTI hadir, mereka membawa lebih dari bantuan mereka membawa harapan. Bahwa setiap orang tetap layak dihormati, dicintai, dan diperjuangkan.
Harapan, lanjutnya, bisa tumbuh kembali jika seseorang diberi kesempatan. Kaki palsu itu mungkin terlihat biasa, tapi bagi mereka, itu adalah simbol bahwa hidup belum selesai. Bahwa mereka yang jatuh, masih bisa bangkit. Bahkan berdiri lebih tegak dari sebelumnya.
INTI Kepri tidak berjalan sendiri. Dari operasi katarak gratis hingga pemasangan kaki palsu, gerakan sosial ini terus bergerak dalam senyap. Didukung oleh para mitra dan donatur, mereka membuktikan bahwa cinta dan solidaritas sosial jauh lebih berarti daripada sekadar kata-kata.
“Kami ingin saudara-saudara kita penyandang disabilitas bisa hidup mandiri. Bukan dikasihani. Mereka punya hak yang sama: untuk bermimpi, untuk bekerja, dan untuk bahagia.”
Acara ini turut dihadiri oleh Kolonel Laut dr. Widya Wirawan (Kepala RSAL Dr. Midiyato), Kadinkes Kepri Dr. M. Bisri, SKM., M.Kes, Sekjen INTI Pusat Candra Yap, Ketua INTI Kepri Piter Tanjaya, SE, serta Owner Ortoshop Kepri Choirul Riyad Hidayat, Amd.OP. dan pengurus INTI Kepri, Tak ada satu pun dari mereka yang mencari panggung. Semua hadir dengan ketulusan yang sama yaitu ingin berbagi.
Profil Singkat Penerima Kaki Palsu INTI Kepri Peduli Tahap 2:
- Nurwati – Tanjung Balai Karimun
- Yohanes – (alamat tidak disebutkan)
- Wartono – Dabo Singkep
- Khansa – Batam
- Agus Rio – Jl. Bhayangkara, Gg. Todak No. 8, Tanjungpinang
Acara ditutup dengan pelukan hangat, senyum yang perlahan kembali muncul, dan tawa kecil yang terdengar seperti nyanyian harapan. Tak ada air mata sedih, yang ada hanya ketegaran baru. Karena INTI Kepri percaya solidaritas dan empati bukan sekadar slogan melainkan napas dari perjuangan manusia.
Lima penerima kaki palsu hanyalah simbol. Di luar sana, masih ada ribuan lainnya yang hidup dalam sunyi di balik dinding stigma dan rasa malu. INTI Kepri tidak akan berhenti melangkah bersama mereka.
Mereka yang kehilangan kaki hari itu, mendapatkan kembali sesuatu yang jauh lebih besar, harga diri, keberanian, harapan keyakinan dan masa depan bahwa mereka tetap layak untuk bermimpi. Dan selama mereka masih ingin berdiri, INTI Kepri akan tetap berjalan di samping mereka. (Oki)