Mengenang 20 Tahun Tsunami Aceh, Dzikir dan Doa Bersama Digelar di Batam
StrightTimes – Dua dekade telah berlalu sejak tsunami dahsyat melanda Nanggroe Aceh Darussalam pada 26 Desember 2004. Tragedi tersebut tidak hanya merenggut lebih dari 230 ribu jiwa, tetapi juga meninggalkan duka mendalam bagi masyarakat Aceh, Indonesia, dan dunia. Luka yang tergores oleh bencana itu tetap hidup dalam ingatan, mengingatkan kita akan betapa rapuhnya kehidupan di hadapan kekuatan alam.
Dalam rangka mengenang peristiwa memilukan ini, masyarakat Batam diundang untuk menghadiri Dzikir Istiqasah Kubra yang akan diselenggarakan pada Sabtu, 28 Desember 2024. Acara tersebut bertempat di Masjid Agung Raja Hamidah, Batam Center, dan akan dimulai pukul 19.00 WIB hingga pukul 22.00 WIB.
Ketua Forum Majelis Ta’lim Sirul Mubtadin (Sirta) Kepri, Tgk. H. Nasaruddin Tjut Muhammad, berharap agar masyarakat Batam hadir di acara ini. Menurutnya, kehadiran mereka bukan hanya bentuk penghormatan terhadap para korban, tetapi juga sarana untuk mempererat ukhuwah Islamiyah.
“Acara ini bukan sekadar mengenang tragedi, tetapi juga momentum untuk merenungi hikmah di baliknya. Kami mengajak seluruh masyarakat Batam, terutama umat Islam, untuk hadir dan ikut serta dalam dzikir dan doa bersama,” ujarnya.
Acara ini akan dipimpin oleh penceramah Tgk. Muhammad Zamzami, Sos.I. Dalam tausiyahnya, ia akan mengajak para jamaah untuk mengingat kembali tragedi tersebut dan memanjatkan doa untuk para korban tsunami. Selain itu, tausiyah ini diharapkan mampu menguatkan iman dan menggugah kesadaran akan pentingnya solidaritas umat Islam.
Ketua panitia pelaksana, Zaydan Ramli, mengungkapkan bahwa acara ini terbuka untuk seluruh masyarakat Batam tanpa memandang suku maupun latar belakang, asalkan beragama Islam. “Kami ingin acara ini menjadi pengingat bahwa di balik musibah besar, ada pelajaran yang bisa kita petik. Semoga kita semua dapat hadir dan mengambil hikmah dari peristiwa ini,” ucapnya.
Selain itu, acara ini juga akan dihadiri oleh Walikota Batam, sebagai bentuk dukungan pemerintah kota terhadap inisiatif tersebut. Dukungan ini mencerminkan pentingnya mengenang tragedi kemanusiaan yang telah menyatukan bangsa dalam duka dan doa.
Para peserta diimbau untuk mengenakan pakaian serba putih sebagai simbol kesucian hati. Mereka juga disarankan membawa atribut Palestina, jika memilikinya, sebagai simbol perdamaian dan solidaritas terhadap sesama umat manusia.
Tsunami Aceh adalah momen bersejarah yang menyatukan bangsa dalam kesedihan mendalam. Tragedi ini mengajarkan banyak hal, mulai dari kepedihan yang melahirkan kesabaran hingga kehilangan yang menuntun pada keikhlasan.
“Dari kepedihan, kita belajar kesabaran. Dari kehilangan, kita belajar keikhlasan,” ungkap Tgk. Muhammad Zamzami, mengutip hikmah dari peristiwa tersebut.
Bagi masyarakat yang ingin hadir, panitia mengingatkan untuk datang tepat waktu agar bisa mengikuti rangkaian acara secara penuh. Suasana dzikir dan doa yang khidmat diharapkan dapat menjadi momentum mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Semoga acara ini menjadi bentuk penghormatan tulus bagi para korban tsunami Aceh sekaligus penguat jiwa-jiwa yang tersisa. Tragedi ini hendaknya terus menjadi pengingat bagi kita semua untuk senantiasa bertakwa dan berserah diri kepada Allah SWT.
Dzikir Istiqasah Kubra ini adalah kesempatan bagi umat Islam untuk memperbarui iman, merajut ukhuwah, dan memetik pelajaran dari salah satu tragedi terbesar dalam sejarah bangsa. Mari bersama-sama mengenang, mendoakan, dan memperkuat solidaritas sebagai sesama insan yang berbagi dunia yang sama.