Penjelasan Ilmiah ‘Sugar Rush’ Ganggu Pertumbuhan Normal Otak
Strighttimes.com – Sugar rush. Orangtua seringkali panik ketika asupan gula anak-anak mereka berlebih. Padahal anak-anak sangat suka makan makanan manis.
Sebenarnya glukosa – gula sederhana yang membentuk dasar dari sebagian besar makanan kaya karbohidrat – adalah sumber energi utama bagi otak.Otak yang sehat memerlukan sumber energi dan nutrisi yang berkelanjutan untuk mendorong pertumbuhan, pembelajaran, dan perkembangan.
Namun, bukan berarti konsumsi gula ekstra baik untuk perkembangan otak, bahkan terlalu banyak gula justru dapat mengganggu pertumbuhan normal otak.
Makanan olahan, seperti donat, soda, dan sereal manis, seringkali mengandung tambahan gula. Sayangnya, makanan ini cenderung mudah diakses oleh anak-anak dan remaja.
Makanan yang diproses secara kimia adalah makanan yang telah diubah dengan menambahkan komponen yang tidak ditemukan secara alami di dalamnya.Makanan ini sering kali mengandung tambahan gula, pengawet, garam, dan lemak trans – semuanya ditujukan untuk meningkatkan rasa, tekstur, atau masa simpan.
Hal ini membuat aneka makanan olahan memiliki nilai gizi yang lebih rendah daripada makanan ‘utuh’ lainnya seperti buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian. Selain itu, nilai gulanya juga jauh lebih tinggi.
Kebanyakan juga tidak hanya mengandung glukosa tetapi gula sederhana lainnya, fruktosa. Terlalu banyak fruktosa telah dikaitkan dengan peningkatan lemak tubuh. Sirup jagung fruktosa tinggi ditemukan dalam soda dan makanan panggang seperti muffin dan donat.
Mengutip AP, diet berkualitas rendah atau tidak seimbang, seperti yang tinggi gula olahan, dapat menurunkan keseimbangan kimiawi otak.
Karena glukosa adalah sumber energi utama ke otak, terlalu banyak gula dapat membuatnya menjadi mode overdrive. Ketika otak distimulasi secara berlebihan, hal itu dapat menyebabkan hiperaktif dan perubahan suasana hati. Namun, perubahan perilaku ini hanyalah konsekuensi jangka pendek. Beberapa bukti menunjukkan bahwa hiperaktivitas otak pada remaja ini terkait dengan defisit kognitif di masa dewasa.
Gula juga memiliki efek adiktif karena merangsang neuron di sistem penghargaan otak, yang dikenal sebagai sistem limbik.Ketika diaktifkan, sistem limbik menghasilkan emosi tinggi seperti kesenangan, yang memperkuat konsumsi gula lebih lanjut.
Selain itu, di dalam sistem limbik ada struktur kecil yang disebut amigdala, yang memproses informasi emosional.Overaktivasi amigdala dikaitkan dengan emosi yang berlebihan seperti ketakutan dan kecemasan.
Penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang kuat antara konsumsi gula yang tinggi, perubahan perilaku dan regulasi emosi yang buruk.Meskipun asupan gula dapat meningkatkan mood sesaat, konsumsi gula kronis telah dikaitkan dengan peningkatan risiko masalah kesehatan mental.
Source : cnnindonesia.com