Pengungkapan 20 Kg Sabu di Jembatan Barelang, Ketua Granat Kepri Apresiasi Keberhasilan Jajaran Dit Resnarkoba Polda Kepri Dibawah Komando Kombes. Pol. Ahmad David
Stright Times – Dalam beberapa hari terakhir kita disuguhi oleh berbagai berita dari media online maupun cetak yang memberitakan mengenai pengungkapan kejahatan narkoba yang berhasil dibongkar oleh aparat kepolisian
Dit Resnarkoba Polda Kepri baru- baru ini menangkap salah seorang warga Batam saat membawa narkotika jenis sabu di Jembatan 1 Barelang
Pria tersebut tertangkap tangan membawa sabu seberat 20 Kg.
Dirresnarkoba Polda Kepri Kombes. Pol. Ahmad David, mengatakan penangkapan ini berawal dari informasi masyarakat di sekitar Jembatan Barelang bahwa adanya kegiatan yang mencurigakan.
“Kita amankan pelaku di perairan Jembatan Satu Barelang Batam, dan barang bukti 20 Kg sabu ada pada tersangka dikemas dengan bungkusan bubuk teh.” Katanya.
Atas keberhasilan jajaran Dit Resnarkoba Polda Kepri, Ketua Gerakan Nasional Anti Narkotika (Granat) Kepri, Syamsul Paloh didampingi Sekretaris, Rony Martin, SH, MH, mengapresiasi kinerja Dit Resnarkoba Polda Kepri, dibawah komando Kombes. Pol. Ahmad David.
“Selamat kepada jajaran Dit Resnarkoba Polda Kepri, atas keberhasilan mengungkap pelaku kejahatan narkoba, Kami dari Granat Kepri mengapresiasi keberhasilan pengungkapan itu”, ujar Syamsul.
Menurut Syamsul Kejahatan narkoba hampir terjadi di seluruh Provinsi di Indonesia dan sangat merepotkan masyarakat, oleh karena dampak dari narkoba sangat berbahaya dan dianggap sebagai bahaya laten bagi keberlangsungan atau eksisistensi suatu bangsa dan negara.
“Menurut Hasil survei Badan Narkotika Nasional (BNN) Republik Indonesia, menunjukkan, rata-rata 50 orang meninggal setiap hari akibat narkoba. Artinya, sekitar 18.000 orang per tahun meninggal karena penyalahgunaan narkoba. Angka ini sudah cukup menjadikan Indonesia darurat narkoba”, jelas Syamsul
Apalagi usia korban narkoba ada di rentang usia produktif, sambungnya antara 15 sampai 35 tahun. Jika negara tidak segera menyatakan perang terhadap narkoba, maka menyebabkan kerugian dan kehancuran dari suatu bangsa akibat dari tindak pidana kejahatan narkotika.
Jika negara maupun komponen bangsa tidak segera menyatakan perang terhadap narkoba
Selain itu, ternyata narkoba juga bisa memberikan dampak pada perekonomian. Badan Narkotika Nasional (BNN) memperkirakan bahwa kerugian ekonomi bisa mencapai Rp74,4 triliun dan itu hanya berasal dari penyalahgunaan narkoba. Angka tersebut akan terus meningkat jika pengguna narkoba setiap tahunnya selalu bertambah.
Faktor yang mempengaruhi kerugian ekonomi akibat narkoba di Indonesia adalah karena maraknya pasar pengedaran narkoba yang ada.
Sebelumnya juga kata Syamsul, mantan Kadiv Humas Polri Irjen Argo Yuwono pernah membeberkan bahwa pelaku pengedar narkoba jaringan internasional Indonesia-Malaysia berniat mengedarkan barang haramnya di tempat hiburan malam di sekitar Kepuluan Riau.
Argo menuturkan para tersangka menjual barang haram tersebut dengan cara sistim bayar di tempat hiburan malam
“Keterangan salah seorang tersangka yang pernah ditangkap barang haram itu diedarkan di tempat hiburan di Kepri sana. Sistimnya cash and carry, bertemu atau diedarkan di tempat hiburan di Batam,” papar Argo di Kantor Divisi Humas Polri, Jakarta, Jumat (29/1) lalu, imbuh Syamsul
Ada banyak faktor mengapa Indonesia menjadi lahan subur bagi pelaku tindak kejahatan narkotika, salah satunya adalah letak geografis. Indonesia menjadi Negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada.
Sehingga tingginya jumlah narapidana berlatar belakang kasus Narkotika. Mencapai 59,4% atau sekitar 142 ribu dari 271 ribu penghuni Lapas adalah pelaku kejahatan narkotika. Hal ini menyebabkan terjadinya over capacity di Lembaga Pemasyarakatan.
Oleh karenanya, tegas Syamsul tindakan kejahatan narkoba merupakan ancaman kejahatan kemanusiaan (extra ordinari crime). persoalan ini menjadi tanggung jawab bersama semua komponen bangsa untuk menanganinya.
“Jelas, daya rusak penyalahgunaan narkoba akan mengancam kualitas generasi penerus bangsa untuk suatu negara! “, tutup Syamsul. (*)