Pat Gulipat Jaringan Penyeludup Batam dengan Menggunakan Speed Boat Mesin Tempel 4 Hingga 7, Inisial HS Disebut
Stright Times – Permintaan tinggi dan untung berlipat menjadikan aksi penyelundupan benih lobster antar negara tak kunjung reda.
Tindakan pengungkapan dari satu penyelundupan ke penyelundupan berikutnya masih kerap kita dengarkan dari rilis aparat terkait.
Selain pelaku utama, ketersediaan armada pengangkut dalam hal ini kapal cepat (speed boat) dan atau armada pelayaran bertenaga kuat jadi sorotan publik.
Hampir bisa dipastikan penyelundupan yang berhasil diungkap selalu menggunakan kapal cepat bertenaga ekstra dengan 4 hingga 7 unit mesin tempel dengan masing masing daya dorong 250 hingga 300 PK.
Hanya dengan melihat visual tampilan kapal cepat, rasanya sudah tergambar bahwa kapal memang dimodifikasi untuk misi pelayaran yang tak biasa, cepat, tak terkejar dan akurat.
Lalu dari mana pasokan ketersediaan kapal cepat bertenaga khusus itu? Hasil nih lobster. Yang mengungkapkan bahwa pemilik kapal cepat mengarah pada penelusuran media ini berhasil mewawancarai sumber dari lingkaran penyelundup.
Ia menyebutkan pemilik kapal cepat itu mengarah pada satu nama, sumber sempat menyebut berinisal HS dalam percakapan santai dengan media ini.
HS disebut memiliki beberapa armada cepat yang kerap digunakan sebagai sarana penyelundupan barang ilegal antar negara.
HS bahkan diduga juga menjalankan bisnis minuman beralkohol dan rokok secara ilegal.
Mari kita rinci perkiraan harga dari satu armada kapal cepat. Satu armada kapal tanpa mesin dengan ukuran yang biasa digunakan dalam aksi penyelundupan berkisar pada harga 250-400 juta rupiah. Sementara mesin tempel 250–300 PK dibandrol sekitar 250 hingga 300 juta rupiah.
Satu armada biasanya menggunakan 4 hingga 7 mesin tempel, artinya satu armada kapal menghabiskan biaya sekitar 2 sampai 2,5 miliar rupiah.
Jika mengacu besarnya investasi yang harus dibelanjakan pada armada kapal cepat. Maka teori ekonomi klasik mewajibkan pemanfaatan optimal pada armada kapal cepat, agar sesuai dengan investasi yang dikeluarkan.
Artinya tak menutup kemungkinan, satu armada kapal cepat dapat melayani orderan sebagai armada pengangkut untuk aksi berbagai penyelundupan. Benih lobster, rokok, minuman beralkohol hanya jadi bagian dari deretan barang yang diselundupkan secara ilegal.
Selain fokus pada pelaku utama, pengungkapan aksi penyelundupan antar negara selayaknya juga menyelidiki modus pelayanan pelayaran dan pemilik armada kapal cepat yang jadi bagian dari aksi yang merugikan negara ini. (*)