Dugaan Penipuan dan Penggelapan, Bos Srimas Group Jalani Pemeriksaan di Polresta Barelang, Dikonfirmasi ke Kasat Reskrim Masih Belum Berikan Jawaban

Strighttimes – Salah satu perusahaan properti termasyhur di Kota Batam, Kepulauan Riau (Kepri), Srimas Group dilaporkan ke pihak kepolisian atas dugaan tindak pidana penipuan dan penggelapan, pada Jumat (4/8/2023) lalu.

Toyota Alphard jenis Vellfier plat BP 1561 VK terpakir di depan halaman Sat Samapta Polresta Barelang
Dari pantauan strighttimes di Polresta Barelang, Sabtu (18/05/2024) tampak dua petinggi Srimas Group turun dari Toyota Alphard jenis Vellfier plat BP 1561 VK berpakaian kemeja putih lalu masuk ke ruangan unit III Satreskrim Polresta Barelang.
Hingga berita ini diturunkan Kasat Reskrim Polresta Barelang Kompol R. Moch Dwi Ramadhanto, SH, SIK, MH saat dikonfirmasi via whatsapp terkait pemeriksaan dua petinggi (bos) Srimas Group masih belum memberikan jawaban, Sabtu (18/05/2024).
Seperti diberitakan sebelumnya di salah satu media ternama Kota Batam, Srimas Group dipolisikan oleh Arifin, yang merupakan pembeli kavling yang dijual oleh perusahaan itu. Luas lahan yang dibeli sebesar 516 m², lokasinya berada di Komplek Perumahan Palm Spring Batam Center, Blok E No 119 dengan harga hampir Rp 1,4 miliar.
Kejadian itu pada Juli 2021 silam. Arifin melakukan transaksi pembelian kavling dengan pihak Srimas Group. Dia diminta untuk membayar setengah dari harga kavling tersebut sebesar hampir Rp 700 juta yang diserahkan langsung ke Kantor Srimas.
“Untuk pelunasannya diatur setelah klien kita menerima sertifikat kepemilikan tanah itu. Kemudian pada September 2022 lalu, kita mengecek kepemilikan tanah itu ke BP Batam, ternyata lahan itu bukan lagi milik Srimas,” kata Kuasa Hukum Arifin, Nasib Siahaan.
Atas dasar itu, Arifin pun menilai jika dirinya telah ditipu oleh Srimas Group dan melaporkannya ke polisi. Dan uang yang sudah diserahkan sebelumnya juga tidak dikembalikan lagi oleh pihak Srimas Group.
Setelah Srimas gagal menyelesaikan itu, Arifin meminta haknya dikembalikan dengan tambahan denda 50 persen sesuai perjanjian. Namun, kata Nasib, Srimas hanya akan mengembalikan uang sesuai dengan nominal yang diterima sebelumya.
“Dengan tidak ada titik temu itu, klien kami tetap kekeh meminta uang yang telah diserahkan. Dia (Arifin) juga diminta untuk membuat gambar desain rumah yang bakal dibangun dengan alasan bahwa tanpa itu tak bisa dikeluarkan WTO. Membuat gambar saja biayanya Rp 120 juta,” katanya.
Total kerugian yang dialami Arifin sampai sejauh ini sekitar Rp 1,5 miliar. Kata Nasib, sebelumnya juga ada itikad negosiasi di Juli 2023 ini, namun itu tak terwujud.
Harusnya hari ini sudah dilakukan pembayaran dengan total Rp 1,3 miliar kepada klien kami. Dan nilai itu sebelumnya sudah di ACC oleh pihak Srimas. Tiba-tiba di last minutes, perjanjian buyar. Kesepakatan tidak tercapai dengan berbagai alasan,” ujar dia. (*)